Pernah nggak ngerasa gabut banget malam-malam? Aku gak tahu, mungkin otak butuh hiburan, atau badan ini cuma pengen jalan-jalan keluar. Malam itu, sekitar jam setengah sepuluh. Gelisah nggak jelas di kamar, aku langsung ngechat dua temanku, Taufik dan Rika. "Bro, mbak-mbak, kalian gabut gak? Motoran keliling kota yuk!"
Nggak butuh waktu lama, Taufik langsung bales, "Gas aja, daripada ngemil mie instan sendirian di rumah." Rika pun setuju, "Oke, sekalian mampir beli susu kedelai kesukaanku dong."
Rencana dadakan ini memang nggak pakai otak, pure panggilan hati anak-anak gabut. Jam 10 aku udah pakai jaket, celana training, sama sandalan siap motoran. Kami janjian di alun-alun kota, spot yang kayaknya paling sering jadi basecamp anak muda. Angkringan lesehan di sekitarnya masih nyala, aroma gorengan dan kopi hitam nyampur jadi satu.
“Kopinya enak kali ya buat pembukaan,” usul Taufik sambil bawa motornya parkir. Kami sepakat, rebutan nyari tempat duduk di lesehan kecil pinggir jalan Arek Lancor. Segelas kopi hangat pas banget buat persiapan menjelajah malam Pamekasan.
Begitu selesai, petualangan dimulai. Kami berangkat menyusuri Jalan Trunojoyo, salah satu jalan utama yang lumayan ramai meskipun udah malam. Sepanjang perjalanan, lampu-lampu jalan bercahaya dengan tenang, menerangi toko-toko yang sebagian besar udah tutup. Anginnya dingin nyerempet muka, tapi itu justru bikin perjalanan semakin seru.
"Eh, ke Pantai Talang Siring yuk," ucap Rika dengan semangat tiba-tiba. Pantai itu nggak jauh dari situ, cuma sekitar 20 menitan kalau gas motor nggak santai. Taufik setuju tanpa babibu, dan kami langsung tancap gas. Bayangkan loh malam-malam ke pantai wkwk.
Di perjalanan, kami lewat sawah-sawah yang gelap tapi bikin suasana makin tenang. Langit malam di desa ini bener-bener indah banget, bintang-bintangnya kelihatan jelas. Aku bilang ke Rika, “Mungkin kalau kita nggak gabut malam ini, gak akan lihat bintang sebanyak ini.” Dia ketawa sambil memotret langit, “Ya iyalah, mana bisa bintang-bintang ini muncul di kota yang penuh polusi cahaya?”
Sampai di Pantai Talang Siring, angin laut langsung menyapa kami. Walaupun gelap, suara ombak bikin suasana terasa magis. Taufik duduk di pinggir pantai menikmati ombak berirama. Sedangkan Rika malah sibuk muter-muter cari angle selfie yang bagus, biar katanya bisa bikin story Instagram.
Setelah puas ngeliat pantai, tujuan berikutnya? Cari makan, dong. Kami menuju pedagang kaki lima di kawasan Branta Pesisir. Sumpah, aroma satenya menggoda banget. Kami langsung pesan beberapa tusuk sate madura lengkap sama lontong. Pas nyobain, dagingnya empuk dan bumbunya, uh, manis gurih yang bikin nagih.
Taufik ngomong sambil ngelap mulut, “Gini nih, bro. Gabut produktif. Kita keliling, makan, nikmatin hidup. Mantap.” Aku dan Rika cuma ketawa kecil sambil mengangguk setuju.
Jam udah mendekati tengah malam ketika kami meluncur balik ke alun-alun. Kota Pamekasan mulai benar-benar sunyi, cuma ada suara kendaraan sesekali lewat. Tapi rasanya, malam itu lengkap banget. Kami menikmati kebebasan di jalan, tanpa tujuan pasti, cuma bareng-bareng ngisi waktu dengan hal sederhana. Aku pikir dalam hati, ya, momen kecil kayak gini yang bikin kenangan bertahan lama.
Sampai rumah, aku ngelepas jaket sambil senyum sendiri. Gabut malam-malam ternyata bisa jadi salah satu pengalaman terbaik kalau dijalanin bareng teman-teman. Kalau kalian lagi gabut pas malam-malam, coba aja keliling pake motor, siapa tahu bakal punya cerita seru kayak kami.